Punk. Saat mendengar kata ini apa yang terbayang di pikiranmu? Orang-orang dengan dandanan aneh, pengamen jalanan atau mereka yang sering membuat onar?
Yup, seperti yang kamu tahu, di Indonesia, Punk memang sering dianggap negatif. Nggak jarang, mereka juga dianggap sebagai preman karena dandanannya yang “sangar” dan kebiasaannya yang berseberangan dengan adat ketimuran.
Seorang fotografer asal Lithuania, Vytautas Jankulskas, yang sempat berlibur di Indonesia, mencoba untuk menelisik lebih jauh soal kehidupan Punk di Jakarta. Melalui foto-foto yang diambilnya, Jankulskas mencoba mengungkapkan siapa Punk sebenarnya.
1. Seperti yang kamu tahu, Punk identik dengan tato dan tindik di tubuh mereka

2. Nggak cuma tubuh, wajah pun jadi sarana untuk berekspresi melalui tato

3. Sedangkan untuk gaya rambut, Mohawk menjadi ciri khas mereka

4. Untuk aksesoris, mereka biasanya membuatnya sendiri. Salah satunya dari peluru asli yang dirangkai sedemikian rupa biar bisa dipakai sebagai gelang

5. Kalau bicara soal cara mendapatkan uang, Ukulele jadi alat musik andalan

6. Kamu pasti tahu banget kalau Ukulele biasanya dipakai untuk mengamen dari warung ke warung di jalanan. Kadang, mereka juga mengamen di bus kota

7. Nggak cuma jadi pengamen, ada juga anggota Punk yang punya grup band dan manggung di tempat-tempat tertentu

8. Yang sangat disayangkan, nggak sedikit generasi muda yang putus sekolah dan memutuskan untuk bergabung dengan komunitas punk.

9. Biasanya, mereka berasal dari ekonomi menengah ke bawah dan tinggal di pemukiman kumuh di sudut kota

10. Meski begitu, mereka tetaplah manusia yang tahu artinya sedih dan bahagia, yang tahu mana lawan dan mana kawan

11. Mereka juga punya keluarga. Dan ya, mereka ingin diterima oleh masyarakat seperti orang-orang lainnya

Dari sebelas foto karya Jankulskas ini kamu jadi tahu kan, meski tampang dan dandanannya menyeramkan, mereka tetaplah manusia yang punya sisi humanis. Nggak gampang memang untuk menerima mereka sebagai bagian dari masyarakat karena adanya perbedaan pandangan soal norma dan budaya.
Tapi, bagaimanapun itu, sebagai sesama manusia kita nggak punya hak untuk menghakimi ataupun memandang rendah mereka. Setuju?